Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jual Buku Natsir: Politik Santun Di Antara Dua Rezim

Judul: Natsir: Politik Santun Di Antara Dua Rezim
Penulis: Tim Buku TEMPO
Penerbit: KPG, 2011
Tebal: 162 halaman
Kondisi: Stok lama (bagus)
Harga: Rp. 50.000 (blm ongkir)
Order: SMS/WA 085225918312


Potitisi santun penyelamat disintegrasi republik ini dikenal sederhana, tulus, jauh dari motif keduniawian. Oleh karena karakter itulah, Mosi Integral Natsir 1950: kembali ke negara kesatuan Republik Indonesia mulus menuai dukungan mayoritas parlemen Republik Indonesia Serikat (RIS). Teguh memperjuangkan tegaknya syariat Islam dalam NKRI, ia tidak pernah memaksa ketika mayoritas (perwakilan) rakyat belum bisa menerimanya. Tersisihkan di negeri sendiri, pemikirannya justru diakui dan diterima luas di dunia Islam internasional.

Bangsa Indonesia tidak boleh melupakan tokoh yang satu ini: Mohammad Natsir. Natsir adalah satu dari sedikit tokoh Islam di masa awal republik yang tak gagap akan gagasan demokrasi, hak asasi manusia, dan supremasi hukum.

Ia dikenal santun, sederhana, toleran, serta teguh dalam memperjuangkan Republik Indonesia. Karena itu, seabrek atribut disematkan kepadanya, mulai dari cendekiawan, pejuang, politisi, ulama, maupun negarawan.

Bagi umat Islam, Natsir merupakan prototipe tokoh kebangkitan Islam Indonesia yang fenomenanya setara dengan Sayyid Quthub dari Ikhwanul Muslimun atau pun Abul A’la Al- Maududi dari Jama’at Al-Islami.

Lantaran itu, dunia Islam pun mengakui peran dan pemikirannya. Buku berjudul Natsir: Politik Santun di antara Dua Rezim ini penting dibaca lantaran menguraikan fakta-fakta sejarah perjuangan Natsir yang sangat mencintai Indonesia.

Natsir adalah patron politisi langka Indonesia. Ia sering berdebat keras di DPR dan Konstituante dengan lawan politiknya, tapi di luar gedung, ia sangat bersahabat. Natsir juga contoh pribadi yang bersahaja. Sebagai pejabat negara, dia tak hidup bermewah-mewah, bahkan ia pernah mengenakan jas tambalan.

Pada 1945, Natsir merupakan aktivis Muslim inklusif yang berperan besar dalam membangun jiwa nasionalisme umat Islam dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kaki-kaki ke-Indonesia-an dibangun dengan falsafah keagamaan dan kemanusiaan, sehingga Islam bisa tampil sebagai garda depan pembangunan bangsa.

Selain Mohammad Natsir, di antara tokoh-tokoh terkemuka tersebut adalah Tjokroaminoto, H Agus Salim, dan Wahid Hasyim. Tokoh-tokoh ini diakui sebagai aktivis Muslim inklusif yang meneguhkan posisi Islam dalam kancah kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.

Buku ini mencoba mengurai peran politik sosok Mohammad Natsir dalam sejarah politik Indonesia, khususnya perannya dalam Orde Lama dan Orde Baru.

Natsir menjadi sangat tenar dalam kancah politik Indonesia tatkala dia menjadi Ketua Umum Masyumi pada 1948. Natsir dikenal sosok yang akomodatif, sehingga mampu menjela tokoh yang bukan saja disegani umat Islam, tetapi juga kaum nasionalis sekuler.

Pada 5 April 1950, Natsir mengajukan mosi integral dalam sidang pleno parlemen, yang secara aklamasi diterima oleh seluruh fraksi. Mosi ini memulihkan keutuhan bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang sebelumnya berbentuk serikat.

Natsir seolah menjadi kamus politik Islam bagi aktivis muslim yang aktif di PPP, Golkar, dan PDI. Ia memberikan keteduhan politik, bukan kecurangan dan keculasan.